"Mobil ini dijamin tidak akan mengalami banyak gangguan. Bahkan saat hujan juga tidak masalah," kata Prof Ir Soebagio, MSEE, PhD, ketua tim penelitian EV-ITS G1 (Elektronic Vehicle Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Generasi 1).
Namun ia mengakui masih banyak perubahan yang harus disempurnakan pada mobil listrik kerasi anak bangsa tersebut. "Kita masih tetap memakai gearbox seperti di mobil biasa sehingga membuat kerja motor tidak maksimal," tuturnya.
Pengembangan akan dilakukan pada inverter dan motor listrik yang akan mengurangi pemakaian jumlah baterai hingga menjadi tiga buah dan berat mobil menjadi berkurang.
Saat ini, dengan 40 buah baterai, mobil tersebut bobotnya mencapai 600 kg dan hanya bisa memuat dua orang. Untuk itu sedang dilakukan upaya meringkas baterai sampai tiga buah agar bisa memuat empat hingga enam penumpang.
Urusan waktu pengisian baterai juga jadi perhatian ITS. Untuk pengisian baterai diperlukan waktu sekitar enam jam. "Kita masih memakai cairan aki biasa sehingga waktu yang diperlukan lebih lama," ungkap Ir Dedid Cahya, MT, salah satu anggota tim yang bertanggung jawab untuk urusan sistem kontrol. Namun dia mengungkapkan, pada tahap akhir saat menjadi smart car mobil ini akan mampu mengisi energi sendiri.
Selain itu, sasis mobil yang dikeluarkan adalah produksi tahun 1972. "Kita nanti ingin menggunakan sasis mobil seperti Avanza agar ruang mesin bisa lebih luas. Ke depan saat motor sudah sempurna, produksi massal sasisnya bisa didesain sendiri," tegas Dedid.