Ketua Umum Asosiasi Industri Automotif Nusantara (Asia Nusa) Ibnu Susilo mengatakan, langkah proteksi tersebut sudah lazim ditempuh oleh suatu negara ketika membesarkan industri mobilnya. “Seperti perusahaan otomotif yang sudah mapan pasti beranjak dari kilometer nol dan mereka berkembang lewat dukungan berupa proteksi dan berbagai insentif dari pemerintahnya,” kata Ibnu.
Dia mencontohkan, dukungan penuh yang Pemerintah Malaysia kepada produsen otomotif domestiknya, yakni Proton. “Mereka
juga mulai dari kondisi yang sekarang sedang dijalankan oleh produsen otomotif Indonesia,” terang dia.
Asia Nusa beranggotakan beberapa merek mobnas, seperti Tawon, Gea, Arina, ITM, Fin Komodo, dan Wakaba. Dengan spesifikasi produksi kendaraan bermotor kelas mikro berkapasitas mesin dibawah 1.000 cc. Harga yang ditawarkan atas produk tersebut dikisaran Rp 30 juta-Rp 60 juta per unit. “Pasar inilah yang belum tergarap oleh prinsipal asing. Tapi kabar terakhirnya sudah ada lima prinsipal yang siap terjun ke pasar tersebut,” ujar dia.
Asia Nusa merasa, pemerintah perlu melindungi industri mobnas yang baru memasuki tahap pengembangan komersil berkembang tersebut. Apalagi, Asia Nusa memprediksi pasar mobil mikro mencapai 1,2 juta unit tahun ini. Hanya saja, pemerintah sepertinya belum tanggap terhadap perkembangan industri mobnas tersebut. Pasalnya, banyak hambatan yang mesti dilalui oleh produsen ketika masuk ke pasar komersil.
Misalkan, terang Ibnu, perizinan untuk mengendarai mobil mikro di jalan aspal (on the road). Akibatnya, pesanan konsumen kepada produsen dari Pameran Produksi Indonesia (PPI) di tahun lalu belum terkirim. “Saat PPI tahun lalu antusias pengunjung lumayan tinggi untuk membeli mobnas. Malah dari data yang terkumpul sekitar 3.000 unit belum dapat dikirim ke konsumen hingga saat ini,” ungkapnya.